BeritAnime : 10 RIDDLE TERBARU
RIDDLE #1: SIGHTSEEING PATHETIC
"SIGHTSEEING PATHETIC"
"TAMASYA MENYEDIHKAN"
Karena bus
membutuhkan persediaan bahan bakar yang banyak, bus kami yang terdiri dari tiga
puluh orang siswa pun menuju SPBU. Menunggu dua bus di depan bus kami sangatlah
lama, lalu aku menghabiskan waktu untuk bermain HP.
Saat di perjalanan, aku
melihat bus adik kelas dibelakang, mereka tampak ceria sampai akhirnya
aku melihat salah satu bus dibelakang tertimpa longsor gunung. Aku
menangis sedih, aku juga
melihat bus yang mengangkut adik kelasku sangat panic melihat keadaan
bus di
depannya. Bus yang kami tumpangi dan bus di depan bus kami tidak mau
berhenti,
aku pun mengikhlaskan kejadian tersebut.
Saat melanjutkan perjalanan, aku tidak sengaja menghitung jumlah
orang yang ada di bus, jumlah nya berlebih satu, aku mengulangi menghitung, dan
tetap lebih satu. Aku pun menyadarinya, aku mulai takut dan hanya bisa menangis.
Aku tinggal di apartment tingkat
delapan, aku tinggal di lantai teratas. Malam itu, seorang pemuda yang terkenal
karena suka berbohong berteriak membangunkan semua orang.
RIDDLE #2: PSYCHO
"PSYCHO"
“Ada apa denganmu?” Tanya seorang
bapak.
“Ada psikopat di lantai tujuh
apartment. Dia ingin membunuhku.” Ujar pemuda tersebut.
“Haruskah kami percaya?” Tanya
bapak itu lagi.
“Aku serius, nyawa kita menjadi
taruhan.” Ujar pemuda tersebut.
“Tapi ini masih sangat malam,
jadi yang tinggal dilantai tujuh, check dahulu semua ruangan sebelum tidur”.
Ujar bapak tersebut.
Semuanya bubar kembali ke kamar.
Aku merasa kasihan dengan orang yang tinggal dilantai tujuh. Pasti mereka
sangat ketakutan. Puji syukur aku tidak tinggal dilantai tujuh.
Saat aku memulai tidur, tiba-tiba
terdengar suara teriakan keras dilantai bawah. Aku mendengar semua orang
berlari, namun aku tidak mau kesana, aku takut dan tidak berani untuk melihat
kejadian yang mungkin sedang terjadi disana.
Malam natal tahun ini sangat
menyedihkan untukku, aku selalu mengingat kematian ibuku seminggu yang lalu.
Aku terus menangis hingga mataku bengkak, hari ibu tahun ini pun yang bisa
menenangkanku, ibu yang sekarang terbujur kaku masih tersenyum saat hari ibu.
Aku memberikannya hadiah berupa kalung dari mantan dukun untuk ibuku pada hari
ibu dan itu menjadi hadiah terakhir yang aku berikan. Saat ibu memakai kalung
itu, aku melihat leher ibu berbeda dari biasanya dan ibu pergi secara
tiba-tiba. Aku hanya menangis sambil memegang foto kenanganku bersama ibu.
Aku sungguh membenci ibuku, dia seperti orang gila, atau mungkin aku harus menyebutnya orang gila, sangat gila. Aku benci rumahku saat ini, mungkin ini semua karena Ayahku, dia memang lelaki bodoh yang tak bertanggung jawab.
Siang ini, setelah pulang sekolah, aku telah melihat ibuku yang gila itu meronta-ronta kepada Ayahku, ia seenaknya saja tidak menafkahi kami selama satu bulan, ibu hanya dapat berhutang terus-terusan membiayaiku dan ketiga adikku. Setiap waktu aku selalu melihat ibuku memukuli dan memaki Ayah dengan kata-kata kasar, namun kurasa Ayahku adalah orang yang sungguh sabar, dapat menahan semua yang telah dilakukan ibu selama satu bulan tanpa pernah sama sekali menghiraukan dan membalas kelakuan ibuku. Dia hanya diam, seperti orang bodoh. Namun yang aku sesali, dia adalah seorang pemalas yang kerjanya tidur dari siang hingga malam hari dan aku tak tahu apa yang dikerjakannya pagi hari saat aku sedang bersekolah, entah dia bermain-main atau tidur lagi.
Oh, aku benci rumahku, keluargaku, ibuku dan ayahku.
Dari kejauhan, samar-samar aku melihat seorang perempuan tengah berdiri, berteduh sendirian dibawah atap kecil sebuah rumah kosong. Aku heran melihatnya dan segera menghampirinya, karena aku berniat memberinya tumpangan.
Setelah aku berjalan mendekatinya, aku terkejut karena melihat perempuan tersebut adalah seorang nenek tua. Mungkin karena derasnya hujan telah membutakan penglihatan jauhku. Ia tampak lusuh, kotor dan pakaiannya terbalut darah segar, ia juga membawa dua ransel yang terlihat berat. Aku pun segera memberi tumpangan padanya karena kasihan melihatnya.
"Nek, kenapa bisa berdarah seperti itu?" tanyaku padanya.
"Nenek terjatuh, nak." ujarnya tampak sedih.
"Darahnya masih segar seperti itu. kasihan sekali, nek." sambungku.
"Iya, nak. nenek baru saja terjatuh, dan butuh waktu lama untuk menghentikan darah seperti ini." ujarnya lesu.
"Ya sudah. Nenek ikut saya aja ya ke rumah, nginap semalam. Istri saya pasti akan senang membantu orang lain." Tawarku padanya.
"Baiklah, terima kasih, nak."
Tok tok tok...
Aku mengetuk pintu rumah tetanggaku.
"Siapa?" Tanya seseorang dari dalam.
"Aku Freddy." Jawabku.
"Demi Tuhan, pergilah Freddy! Mengapa kau datang kesini? Tak ada yang mengundangmu!! " Jawabnya sambil berteriak.
Aku merasa ada yang aneh malam ini, berbeda dari hari biasanya.
5 menit kemudian, aku pergi meninggalkan rumah tersebut. Setelah aku pergi, aku melihat tetanggaku membuka pintunya, melihatku sambil menangis dan meletakkan salib dan injil diatas meja kecil di depan pintunya.
Aku kembali ke rumah tersebut, aku rasa ia meletakkan benda itu untuk kubawa berjaga dimalam ini, mengingat aku masihlah anak berusia 10 tahun yang berjalan digelapnya malam
Aku sangat terganggu dengan pohon pisang yang aku tanam dibelakang
rumahku seminggu yang lalu, ia selalu saja mengundang hewan melata
datang menghampirinya. Binatang itu cukup mengganggu tanamanku yang
berada di sekitar pohon pisang tersebut. Bahkan menimbulkan bau yang
sangat busuk seperti bau bangkai mereka.
Ditambah lagi aku sedang pusing mencari dimana istriku. Ia pergi begitu saja meninggalkan diriku dirumah sendirian. Terakhir aku melihatnya adalah seminggu lalu.
Aku ingat saat terakhir kami bersama, kami meminum banyak sekali alkohol hingga kami mabuk dan hampir tak sadarkan diri. Namun malam itu ia jengkel padaku karena aku memarahinya saat ia menyuruhku berhenti minum sebelum aku muntah atau sebagainya. Aku sangat membencinya malam itu, aku benci orang yang memarahiku. Namun aku tak sadar dia tega meninggalkan diriku sendiri.
Aku juga ingat, malam itu aku mengundang 2 orang tetangga baruku, mereka adalah orang yang ramah, asyik dan enak diajak bicara. Namun mereka terburu-buru pulang dan berpamitan kepada kami, aku hanya mengiyakannya.
Malam ini aku pulang terlambat dari hari biasanya, yaitu pukul 11 malam. Aku melakukan overtime karena pekerjaanku yang sangat menumpuk. Biasanya aku ditemani oleh Mercy, sekretarisku dan Bram, teman satu ruanganku di kantor. Namun hari ini berbeda dari biasanya, mereka pulang 5 jam lebih cepat daripada aku, dengan alasan rumah sedang kosong karena keluarga mereka pada pulang kampung dari kemarin. Maklum ini adalah hari rabu, 5 hari sebelum natal.
Di perjalanan pulang ke rumah, aku melihat Mercy dan Bram sedang duduk di halte menunggu bus yang biasanya mengangkut mereka, ya bus itu selalu berhenti di halte itu tiga kali sehari, pukul 8.00, 13.00 dan 19.00. Saat aku menghampiri mereka, mereka terlihat pucat seperti ketakutan, mermereka hanya diam dan segera masuk ke dalam mobilku tanpa sepatah katapun. Tanpa berpikir panjang, aku segera menancap gas mengantarkan mereka ke rumah mereka yang bersebelahan sebelum terjadi apapun pada mereka.
Sesampai di depan rumah mereka, mereka langsung turun tersenyum ke arahku dan segera memasuki rumah mereka masing masing yang telah terang dihiasi lampu ruangan. Keesokan harinya, terdengar kabar bahwa mereka telah meninggal dunia pada pukul 1 malam. Aku pun terkejut mendengarnya.
RIDDLE #3: MOMMY
"MOMMY"
"IBU"
RIDDLE #4: BROKEN FAMILY
"BROKEN FAMILY"
"KELUARGA YANG HANCUR"
Aku sungguh membenci ibuku, dia seperti orang gila, atau mungkin aku harus menyebutnya orang gila, sangat gila. Aku benci rumahku saat ini, mungkin ini semua karena Ayahku, dia memang lelaki bodoh yang tak bertanggung jawab.
Siang ini, setelah pulang sekolah, aku telah melihat ibuku yang gila itu meronta-ronta kepada Ayahku, ia seenaknya saja tidak menafkahi kami selama satu bulan, ibu hanya dapat berhutang terus-terusan membiayaiku dan ketiga adikku. Setiap waktu aku selalu melihat ibuku memukuli dan memaki Ayah dengan kata-kata kasar, namun kurasa Ayahku adalah orang yang sungguh sabar, dapat menahan semua yang telah dilakukan ibu selama satu bulan tanpa pernah sama sekali menghiraukan dan membalas kelakuan ibuku. Dia hanya diam, seperti orang bodoh. Namun yang aku sesali, dia adalah seorang pemalas yang kerjanya tidur dari siang hingga malam hari dan aku tak tahu apa yang dikerjakannya pagi hari saat aku sedang bersekolah, entah dia bermain-main atau tidur lagi.
Oh, aku benci rumahku, keluargaku, ibuku dan ayahku.
RIDDLE #5: GRANDMA POOR
"GRANDMA POOR"
"NENEK YANG MALANG"
Malam ini, cukup dingin di perjalanan pulang ke rumah yang aku lakukan
melalui perbukitan yang biasa aku lewati setiap hari sepulang bekerja
dengan mobil sedan pribadiku. Hujan yang turun dengan sangat deras telah
membekukan jari-jari tanganku dan menyamarkan pandanganku melalui kaca
depan mobilku.Dari kejauhan, samar-samar aku melihat seorang perempuan tengah berdiri, berteduh sendirian dibawah atap kecil sebuah rumah kosong. Aku heran melihatnya dan segera menghampirinya, karena aku berniat memberinya tumpangan.
Setelah aku berjalan mendekatinya, aku terkejut karena melihat perempuan tersebut adalah seorang nenek tua. Mungkin karena derasnya hujan telah membutakan penglihatan jauhku. Ia tampak lusuh, kotor dan pakaiannya terbalut darah segar, ia juga membawa dua ransel yang terlihat berat. Aku pun segera memberi tumpangan padanya karena kasihan melihatnya.
"Nek, kenapa bisa berdarah seperti itu?" tanyaku padanya.
"Nenek terjatuh, nak." ujarnya tampak sedih.
"Darahnya masih segar seperti itu. kasihan sekali, nek." sambungku.
"Iya, nak. nenek baru saja terjatuh, dan butuh waktu lama untuk menghentikan darah seperti ini." ujarnya lesu.
"Ya sudah. Nenek ikut saya aja ya ke rumah, nginap semalam. Istri saya pasti akan senang membantu orang lain." Tawarku padanya.
"Baiklah, terima kasih, nak."
RIDDLE #6: FREEDY
"FREEDY"
Aku mengetuk pintu rumah tetanggaku.
"Siapa?" Tanya seseorang dari dalam.
"Aku Freddy." Jawabku.
"Demi Tuhan, pergilah Freddy! Mengapa kau datang kesini? Tak ada yang mengundangmu!! " Jawabnya sambil berteriak.
Aku merasa ada yang aneh malam ini, berbeda dari hari biasanya.
5 menit kemudian, aku pergi meninggalkan rumah tersebut. Setelah aku pergi, aku melihat tetanggaku membuka pintunya, melihatku sambil menangis dan meletakkan salib dan injil diatas meja kecil di depan pintunya.
Aku kembali ke rumah tersebut, aku rasa ia meletakkan benda itu untuk kubawa berjaga dimalam ini, mengingat aku masihlah anak berusia 10 tahun yang berjalan digelapnya malam
RIDDLE #7: BANANA TREE
"BANANA TREE"
"POHON PISANG"
Ditambah lagi aku sedang pusing mencari dimana istriku. Ia pergi begitu saja meninggalkan diriku dirumah sendirian. Terakhir aku melihatnya adalah seminggu lalu.
Aku ingat saat terakhir kami bersama, kami meminum banyak sekali alkohol hingga kami mabuk dan hampir tak sadarkan diri. Namun malam itu ia jengkel padaku karena aku memarahinya saat ia menyuruhku berhenti minum sebelum aku muntah atau sebagainya. Aku sangat membencinya malam itu, aku benci orang yang memarahiku. Namun aku tak sadar dia tega meninggalkan diriku sendiri.
Aku juga ingat, malam itu aku mengundang 2 orang tetangga baruku, mereka adalah orang yang ramah, asyik dan enak diajak bicara. Namun mereka terburu-buru pulang dan berpamitan kepada kami, aku hanya mengiyakannya.
RIDDLE #8: BRAM AND MERCY
"BRAM AND MERCY"
Malam ini aku pulang terlambat dari hari biasanya, yaitu pukul 11 malam. Aku melakukan overtime karena pekerjaanku yang sangat menumpuk. Biasanya aku ditemani oleh Mercy, sekretarisku dan Bram, teman satu ruanganku di kantor. Namun hari ini berbeda dari biasanya, mereka pulang 5 jam lebih cepat daripada aku, dengan alasan rumah sedang kosong karena keluarga mereka pada pulang kampung dari kemarin. Maklum ini adalah hari rabu, 5 hari sebelum natal.
Di perjalanan pulang ke rumah, aku melihat Mercy dan Bram sedang duduk di halte menunggu bus yang biasanya mengangkut mereka, ya bus itu selalu berhenti di halte itu tiga kali sehari, pukul 8.00, 13.00 dan 19.00. Saat aku menghampiri mereka, mereka terlihat pucat seperti ketakutan, mermereka hanya diam dan segera masuk ke dalam mobilku tanpa sepatah katapun. Tanpa berpikir panjang, aku segera menancap gas mengantarkan mereka ke rumah mereka yang bersebelahan sebelum terjadi apapun pada mereka.
Sesampai di depan rumah mereka, mereka langsung turun tersenyum ke arahku dan segera memasuki rumah mereka masing masing yang telah terang dihiasi lampu ruangan. Keesokan harinya, terdengar kabar bahwa mereka telah meninggal dunia pada pukul 1 malam. Aku pun terkejut mendengarnya.
RIDDLE #9: MISTERIOUS VOICE
"MYSTERIOUS VOICE"
"SUARA MISTERIUS"
Malam itu, Nia tingaal sendiri di rumahnya, kelurganya sedang pulang ke
kampung halaman untuk beberapa hari. Malam ini ia sedang bermain salah
satu sosial media hingga larut malam sampai ada satu suara dari rumah
tetangga nya. Wanita di rumah tersebut sepertinya sedang bertengkar
hebat dengan suaminya, ia menjerit ketakutan, seperti akan dipukul oleh
suaminya.
Nia segera berdiri menuju ke pintu kamarnya, ia berniat membantu wanita tersebut.
"aku harus kesana!"
"jangan, kau akan berada dalam bahaya, mereka tampak berantam hebat."
"tapi tidak ada cara lain. Atau aku harus telepon polisi"
"iya benar, itu lebih baik yg bisa kau lakukan."
Aku pun segera menelpon polisi, menunggunya salama 10 menit sambil terus
mendengarkan suara jeritan wanita tersebut selama beberapa menit.
Tetapi malangnya, setelah polisi datang, mereka sudah tidak bernyawa
lagi. Mereka ditemukan mati dengan leher bekas cekikan. Polisi
menyatakan bahwa mereka saling cekik hingga mati, karena tiada orang
lain di dalam rumah tersebut setelah di cek oleh puluhan polisi
tersebut.
RIDDLE #10: MIRROR
"MIRROR"
"CERMIN"
Malam ini Ibu tidak berhenti untuk mengecek keadaan dalam kamar Rey,
anaknya yang berumur 7 tahun. Seminggu lalu ia mengalami musibah yang
tak disengaja oleh Ibunya yang berdampak pada tubuhnya. Ia juga mulai
menjadi seorang yang paranoid setelah itu.
Setiap hari Rey mengeluhkan pada ibunya bahwa ada seseorang yang
berada di dalam kamarnya dengan wajah yang mengerikan melihat tepat
kearahnya. Ia selalu saja tampak di cerminnya, namun saat Rey berbalik
dan melihat siapa orang tersebut, Ia tidak bisa menemukan siapapun
disana.
Ibu menangis di depan pintu kamar Rey tersebut. Dengan membawa palu
kecil, Ibu menghancurkan satu-satunya cermin yang ada di kamar anaknya
tersebut, dan mulai saat itu, Rey tidak pernah mengeluh lagi kepada
Ibunya tentang penampakkan tersebut.
Tak berapa lama, Rey mulai mengeluhkan tentang hal tersebut kembali
kepada Ibunya. Ia mengatakan bahwa Ia dapat melihat makhluk tersebut di
cermin di dalam kamar Ibunya, namun makhluk itu benar-benar tampak sedih
dan ketakutan. Tanpa menunggu lama, Ibunya menghancurkan seluruh cermin
yang ada di dalam rumahnya. Semenjak saat itu, Rey merasa sangat bebas,
aman dan tenang, dan tidak pernah melihat makhluk tersebut lagi.
pertamax
BalasHapus